Kamis, 08 Juni 2017

Kenaifan Seorang Mahasiswa

Tulisan  ini mencoba mewakili perasaan seorang mahasiswa akhir yang sedang bergelut dengan pikirannya sendiri. Menceritakan bagaimana kegelisahannya yang tak kunjung usai melewati hari sebelum tuntas tugas akhirnya yaitu Proyek Studi (skripsi). Menggunakan sudut pandang orang pertama, ia mencoba mengambil perspektif secara gamblang dan arogan. 
 Kenaifan Seorang Mahasiswa

Kejenuhan membawaku dalam kehampaan yang tidak terkendali untuk melakukan hal-hal positif. Kecenderungan untuk melakukan banyak agenda diluar misi masa depan demi kesenangan yang tentunya tidak membuatku cepat merasa puas. Selain menunggu untuk waktu yang tepat dimana mood mengambil alih diriku, aku melakukan banyak hal bodoh yang kusugesti sendiri layaknya tindakan yang semestinya. Aku sangat sadar , sedang bernegosiasi dengan kemalasan. Mencoba menipu arus jalan yang seharusnya kutapaki. Tidak mudah memang untuk membaur lagi pada objek- objek yang sebagaimana mestinya kuselesaikan. Hingga akhirnya, keterlambatan dan kebodohan menjadi satu. Keduanya menyelinap ke tepat diwajahku sebagai topeng dan menawarkan julukan Pecundang menggeser namaku yang dulunya kuangkat sangat tinggi pada kuasa egoku. Jika sudah terlanjur tersesat kini, ingin rasanya aku meledakkan diri. Melenyapkan semua perjuanganku yang masih kurasa sangat kecil. Tiba- tiba , aku mulai mengingat kembali bahwa pencapaianku yang belum seberapa inipun karena dukungan hebat dari orangtuaku, lalu bagaimana aku bisa secongkak ini , yang dengan beraninya menghancurkan cita-cita mereka dengan hanya mengambil keputusan untuk menyerah. Lalu, aku sepertinya harus memikirkan kembali keputusan ini. Karena pilihan yang akan kuambil nanti tidak akan mengembalikan waktu jarak tempuh untuk mencapai ending. Andaikan aku sendiri tidak mampu untuk memprediksi ending dalam hidupku, setidaknya checkpointnya sesuai dengan planningku. Beberapa rancangan strategi pun kuolah kembali , walaupun terlalu banyak kerusakan dari kepercayaanku terhadap strategiku, tapi bagaimanapun , aku tidak punya obsi lain.Ketika rancangan segera dibuat, ada sekelebat lagi cobaan , yaitu adanya jebakan yang menyuruhku untuk membuang waktu ketika aku merancang strategi. Sehingga, jawaban dari segala jawaban yang kudapat adalah hanya melakukan. Melakukan dan melakukan. Melakukan apa yang seharusnya kutuntaskan. Tidak dengan hari tapi dengan menit- menit yang membuatku senantiasa bahagia. Bahagia yang kumaksud adalah dimana tidak ada lagi penyesalan. Anehnya, aku tidak sedang memahami sesuatu disini, tapi lebih kepada suatu hal yang disebut kebodohan .menutup kembali kenyataan dengan lamunan fatamorgana ditengah kehausan sepi yang miskin. Salinan tertentu mendeskripsikan bahwa diriku sedang dalam penyimpangan moral . terhimpit pada lingakaran depresi . diam yang tertawa, dan tertawa yang menangis. Seperti itulah kiranya emosiku kutuangkan dalam kenyataan yang tidak mendukungku sebagai seorang mulia. Kehinaan menghakimi diriku sendiri hingga tidak banyak kebaikkan yang bisa kulihat dari diriku sekarang. Kehinaan mengkebiri semua kemuliaan dalam diriku.  Kuratapi untuk kesekiankali nasib yang tidak pernah kusyukuri ini. Semua itu penggambaran dari waktu yang diamanatkan olehku dari Yang Kuasa. Seruan menyerah untuk mengemis dari kekuatan yang tidak kekal , hari yang telah letih menungguku berhasil. Dan sederetan ancaman dari kata kata berbau yang disebut Tua. Langkah manakah yang terlewatkan olehku? ! memerangi diri sendiri merupakan tindakan super keterlaluan yang wajar. Kenaifan yang dulu kudewakan menelanku mentah , lalu memuntahkan kembali diriku dengan perubahan yang apa tidak tahu. Tidak tahu lagi. Ahh lagi........................................lagi tidak tahu.

27/01/2016



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SALAH BENAR ( poem )

SALAH BENAR Pernahkah kamu dianggap salah ?! Ketika mulut berujar kebenaran atas kesalahan Apakah kesalahan wujud kekalahan ? Apa...