MENELAN RINTIH
Layu lemas lunglai setelah kau dengar balas kalimat
Oleh seorang yang dianggap pembantu jalannya formal
Sadari ketika alurnya memanjang setahun menyusul
Namun kau tengok arah
wajah punggungku,
Kau dapati serentet barisan mengantri binasa untuk hidup
Melaju berebut layak yang pantas bagaimana
Sebuah tuntutan berbudak hal yang kau miliki
Senyum merunduk bukti kepatuhanmu padanya
Kau mengejar waktu sampai terlindas waktu
Menelan rintih kesakitan kau tampakkan senyum syukur
Tanda loyalitasmu padanya hingga selesainya sebuah buku
Setelah lagi beberapa jenis dari mereka ramai melecehkan
Menghina dengan sopan dan lantang harga dirimu
Jerih payahmu yang tidak akan mampu kau sombongkan
07/08/2014
Sapri Andy
Semarang
Puisi format JPEG berjudul Menelan Rintih |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar